728 x 90

MENGUATKAN EKONOMI MASYARAKAT HUKUM ADAT MELALUI POTENSI PERIKANAN DESA OHOIRENAN  

Maluku Tenggara, cfi-indonesia.id. 2025 – Program GEF 6  Coastal Fisheries Initiative (CFI) – Indonesia dan Direktorat Pendayagunaan Pulau Pulau Kecil dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Peneliti dari IPB University melakukan inventarisasi potensi perikanan masyarakat hukum adat (MHA) Desa Ohoirenan di Kabupaten Maluku Tenggara.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penguatan ekonomi biru berbasis masyarakat adat, dengan fokus pada pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan dan berkeadilan sosial.

Kegiatan Pertemuan FGD saat survei inventarisasi potensi perikanan masyarakat hukum adat (MHA) Desa Ohoirenan di Kabupaten Maluku Tenggara (08/2025)

Kajian dilakukan untuk mengenali potensi ekonomi yang dimiliki masyarakat adat pesisir dan memastikan bahwa sistem kearifan lokal — seperti Sasi Laut — dapat menjadi dasar pengelolaan sekaligus instrumen pemberdayaan ekonomi. Pendekatan ini menegaskan bahwa pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adat tidak harus berjalan terpisah, tetapi dapat saling memperkuat.

Laut sebagai Sumber Kehidupan dan Identitas Ekonomi

Ohoi Ohoirenan terletak di pesisir selatan Pulau Kei Besar, wilayah dengan tradisi adat kuat yang menempatkan laut sebagai bagian dari kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Sekitar 80 persen penduduknya berprofesi sebagai nelayan, sementara sebagian lainnya bergantung pada usaha pengolahan hasil laut dan perdagangan skala kecil.

Hasil panen Sasi biota “Lola” di Ohoi Ohoirenan

Sistem Sasi, yaitu aturan adat yang melarang pengambilan hasil laut pada waktu tertentu, terbukti efektif menjaga keberlanjutan sumber daya seperti Lola (Trochus niloticus) dan Teripang (Holothuria scabra). Namun, Sasi tidak hanya berfungsi ekologis — ia juga memiliki dimensi ekonomi penting: ketika masa panen dibuka, hasil laut bernilai tinggi ini dilelang secara adat, dan hasilnya menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat.

Model ini menciptakan mekanisme ekonomi berbasis budaya yang tidak hanya melindungi ekosistem, tetapi juga memperkuat posisi masyarakat adat sebagai pengelola sekaligus penerima manfaat utama dari sumber daya lautnya

Sargassum sp (Alga coklat) yang tumbuh di pesisir Ohoi Ohoirenan

Potensi Perikanan dan Peluang Usaha Lokal

Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa Ohoirenan memiliki berbagai komoditas potensial untuk pengembangan usaha perikanan skala kecil, di antaranya: Ikan Tuna, Tongkol, dan Cakalang (TTC) dengan prospek pasar yang kuat di tingkat lokal dan regional; Sargassum sp. (rumput laut coklat) yang melimpah dan dapat diolah menjadi produk bernilai tambah seperti keripik, pakan ternak, atau bahan farmasi; Produk hasil Sasi, seperti Lola dan Teripang, yang berpotensi dikembangkan menjadi produk olahan seperti kancing kerajinan atau abon laut.

Hasil tangkapan ikan TTC oleh nelayan di Ohoi Ohoirenan

Analisis kelayakan usaha menunjukkan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) yang positif pada hampir seluruh kegiatan — baik perikanan tangkap, pengolahan produk ikan, maupun pemanfaatan biota Sasi — menandakan usaha tersebut layak dan berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat adat. Misalnya, usaha tangkap ikan pelagis besar menghasilkan BCR 4,9, sementara pengolahan produk ikan memiliki BCR 3,4.

Dengan penguatan kapasitas usaha dan dukungan teknologi sederhana seperti pengeringan ikan, sistem rantai dingin, serta akses pasar digital, masyarakat Ohoirenan berpeluang besar meningkatkan nilai ekonomi sumber daya laut tanpa mengorbankan kelestariannya.

Sinergi Kearifan Lokal dan Ekonomi Biru

Kearifan lokal Sasi dan tata kelola adat di Ohoirenan menunjukkan bahwa masyarakat hukum adat memiliki sistem manajemen sumber daya yang sudah lama berorientasi pada keberlanjutan.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Ekonomi Biru KKP, yang menekankan keseimbangan antara ekologi, ekonomi, dan sosial.

Telur ikan Terbang yang melekat pada Sargassum

Kekuatan masyarakat adat terletak pada kemampuannya mengatur waktu panen, menentukan ukuran tangkapan, dan membatasi wilayah eksploitasi — sebuah praktik konservasi alami yang sekaligus mengendalikan mekanisme pasar. Ketika sistem adat ini diperkuat dengan pendekatan ilmiah dan dukungan kelembagaan, potensi ekonominya dapat meningkat signifikan.

Program pemberdayaan seperti pelatihan pengolahan hasil laut, pengemasan produk, serta sertifikasi halal dan PIRT menjadi langkah penting untuk membuka akses pasar yang lebih luas.
Selain itu, integrasi dengan platform pemasaran daring dapat membantu kelompok usaha perempuan dan pemuda adat memperluas jaringan penjualan produk lokal mereka.

Rekomendasi Penguatan Ekonomi Masyarakat Adat

Kajian ini memberikan sejumlah rekomendasi strategis bagi penguatan ekonomi masyarakat hukum adat di wilayah pesisir, antara lain: (i) Peningkatan kapasitas kelembagaan adat dalam pengelolaan sumber daya laut dan manajemen usaha komunitas. (ii) Pengembangan komoditas unggulan lokal, seperti olahan ikan, produk berbasis Sargassum, dan kerajinan biota laut bernilai ekonomi tinggi. (iii) Fasilitasi akses permodalan dan pemasaran bagi kelompok usaha masyarakat melalui sinergi pemerintah daerah dan mitra pembangunan. (iv) Integrasi nilai-nilai adat dalam kebijakan ekonomi biru, agar masyarakat adat tidak hanya diakui secara budaya, tetapi juga diberdayakan secara ekonomi.

Dari Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi

Kegiatan inventarisasi potensi perikanan di Desa Ohoirenan menjadi contoh nyata bahwa pelestarian laut dapat berjalan seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat adat.
Pendekatan berbasis komunitas ini membuka jalan bagi model pengelolaan laut yang inklusif — di mana masyarakat lokal tidak sekadar menjadi objek kebijakan, tetapi aktor utama dalam menjaga dan mengelola sumber daya mereka sendiri.

Dengan dukungan kebijakan yang berpihak pada masyarakat adat, Ohoirenan berpotensi menjadi model percontohan ekonomi biru berbasis adat di wilayah Maluku Tenggara.
Dari tradisi menjaga laut, kini masyarakat adat menapaki langkah baru: menjadikan laut sebagai sumber kesejahteraan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

 

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments