728 x 90

GEF 6 CFI INDONESIA MENGEVALUASI PENGELOLAAN IKAN KAKAP MERAH DI WPPNRI 718 DENGAN FPAT

cfi-indonesia.id. (Bali, 11/11/2023). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) cq. Direktorat Pengelolaan Sumberdaya Ikan (PSDI) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) berhasil mempraktekan uji coba penggunaan Fishery Performance Assessment Tool (FPAT). Melalui kegiatan Pelatihan dan Workshop Fisheries Performance Assessment Tools (FPAT), Team Writing berhasil uji coba evaluasi pengelolaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 718. Kegiatan yang laksanakan selama seminggu  tersebut (6-11 November) difasilitasi lewat pendanaan hibah GEF 6 Coastal Fisheries Initiative (CFI) Indonesia “The Ecosystem Approach To Fisheries Management (EAFM) In Eastern Indonesia (Fisheries Management Area (FMA) - 715,717 & 718)”.

Program CFI Indonesia telah mengidentifikasi empat target spesies sebagai bagian dari pencapaian PPMS (Project Program Management Standar) dan Global Environmental Benefits (GEB). Empat target perikanan yang dimaksudkan untuk mewujudkan atribut dan fungsi ekologis yang penting dalam jangka panjang tersebut adalah: Ikan pelagis kecil termasuk spesies ikan teri, sarden, scad dan mackerel (Rastrelliger spp.); Ikan karang (kerapu dan kakap); Spesies laut yang terancam punah termasuk penyu belimbing dan hiu paus; dan Kepiting Bakau (Scylla spp.).

Fisheries Performance Assessment yang dikembangkan oleh CFI Global merupakan metodologi untuk penilaian sumberdaya perikanan dari perspektif sosial, ekonomi dan lingkungan. FPAT akan diujicobakan melalui project CFI Indonesia sebagai upaya untuk menilai status perikanan pada spesies ikan karang terpilih di WPP 718.

Kegiatan pelatihan Workshop FPAT GEF 6 CFI Indonesia dibuka oleh Dodiet Rachmadi Slamet mewakili Direktur PSDI. Dalam sambutannya, Dodiet menyampaikan bahwa pada Tahun 2022, CFI Global (FAO) telah memberikan penjelasan awal terkait dengan FPAT kepada tim KKP dan PMU CFI Indonesia. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, akan dilaksanakan Workshop dan Penerapan FPAT pada salah satu lokasi atau salah satu perikanan percontohan di Indonesia. ”Pada akhir Bulan Oktober kemarin telah diadakan Bimtek bagi Team Writing di Bogor dalam rangka penyiapan data yang dibutuhkan untuk workshop dan penerapan FPAT pada hari ini Senin tanggal 6  sampai dengan Sabtu tangga 11 November 2023” ujarnya.

Pelatihan FPAT kali ini diperuntukan bagi para aparatur pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha, sebagai upaya memperbaiki tata kelola perikanan di Indonesia. ”Diharapkan dari kegiatan pelatihan ini ada transformasi ilmu dan pengetahuan, tentang bagaimana penerapan metode FPAT bagi para peserta dalam melakukan penilaian kinerja perikanan Indonesia.” Tegas Dodiet.

Kegiatan Pelatihan Workshop FPAT dihadiri oleh Nicolas Gutierrez dan Fatou Sock sebagai FAO Project Manager, Para Instruktur Pelatihan  FPAT Chris Anderson, Michael DeAlessi, dan Thomas Carruthers, para Peserta perwakilan dari KKP, BRIN, YKAN, Asosiasi Demersal Indonesia, FAO Indonesia, Pelaku Usaha Perikanan Kakap Merah, dan dan PMU GEF-6 CFI Indonesia di Bali (6-11/11/2023). 

Kegiatan pelatihan Workshop FPAT dihadiri oleh Nicolas Gutierrez dan Fatou Sock sebagai FAO Project Manager, Para Instruktur Pelatihan  FPAT Chris Anderson, Michael DeAlessi, dan Thomas Carruthers.  Sebagai peserta kegiatan yang merupakan Team Writing FPAT GEF 6 CFI Indonesia Kamaluddin, S.Pi, M.Sc – Pusriskan KKP, Duranta Diandria Kembaren, S.Pi, M.Si – Pusriskan BRIN, Anthony Sisco Panggabean - BRIN, Cornelia Mirwantini Witomo, S.St.Pi., M.Ling – BBRSE KP, Siska Agustina – Fisheries Data Analyst YKAN,  Shinta Yuniarta – Fisheries Technical Expert YKAN, Prayekti Ningtias – YKAN, Aminudun -FAO Indonesia, Ahmad Zulfi -PT. Kelola Mina Laut, Grace Sintania Butarbutar - Bali Sustainability Seafood, Martha Alamsyah -Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu – Dit. PDSPKP, Ika Desy Verawati - Direktorat Pemasaran – Dit. PDSPKP. Selain itu, ikut pula  perwakilan Kelompok Kerja Lingkup Direktorat PSDI DJPT, serta PMU GEF-6.

Workshop FPAT ini fokus pada perikanan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di WPPNRI 718 (Laut Arafura). Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pengenalan tentang Fishery Performance Indicators (FPI) dan penerapannya dalam menilai kinerja perikanan.Para peserta telah terlibat dalam proses penyusunan, pemberian skor, dan peninjauan skor untuk mengembangkan pemahaman tentang kondisi perikanan Kakap Merah saat ini di WPP 718. Pemahaman ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi tujuan spesifik untuk perbaikan perikanan Kakap Merah.

Selama dalam Workshop ini, instruktur membagi peserta dalam 3 kelompok utama yakni kelompok Data,  Manager dan  Industri. Para peserta telah dibekali dengan data data perikanan sehingga proses diskusi berlangsung dinamis dan para peserta mengambil peran penting dari proses pengembangan teori perubahan. Para peserta telah belajar membangun narasi yang menjelaskan hubungan antara modifikasi input matrik dan peningkatan target output. Untuk memperkuat narasi tersebut dan memberikan landasan empiris, workshop ini menggabungkan beberapa literatur dari studi kasus FPI lainnya, untuk memastikan bahwa strategi dan teori yang dibahas didukung oleh contoh dan data yang telah dikembangkan sebelumnya.

Hal-hal penting yang dapat diambil dari Workshop ini adalah FPAT secara efektif menunjukkan dengan tepat aspek-aspek perikanan yang perlu ditingkatkan, menentukan langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kinerja perikanan yang lebih baik, merumuskan evaluasi strategi pengelolaan perikanan kakap merah di Laut Arafura (WPP 718), serta mendorong praktek  evaluasi pengelolaan perikanan lainnya di Indonesia dengan FPAT dimasa depan.

Prof. Chris Anderson (University of Washington – School of Aquatic and Fishery Sciences) menyampaikan materi pada  Workshop FPAT di Bali (6-11/11/2023). 

Kegiatan pelatihan dan workshop FPAT selama seminggu di Bali diapresiasi oleh tiga instrutur utama Prof. Chris Anderson (University of Washington – School of Aquatic and Fishery Sciences), Michael DeAlessi (University of Washington – School of Aquatic and Fishery Sciences) dan Thomas Carruthers (BlueScience Matter). Menurut Kris, workshop ini berlangsung sangat produktif, menghadirkan peserta dari banyak stakeholder terkait pengelolaan ikan kakap merah. Hal yang sama diakui oleh Thomas, tingkat partisipasi peserta sangat tinggi. “Selama satu minggu ini saya benar benar merasa memilki hubungan dengan para peserta dan saya tahu dengan siapa harus diajak berbicara” ujar Thomas

Thomas juga mengapresiasi upaya team writing mengumpulkan data dan panitia menghadirkan para peserta untuk saling melengkapi informasi sehingga workshop ini berjalan dengan lancar. “Saya pikir kami telah menemukan sesuatu yang penting dan itu adalah bahwa Anda memiliki lebih banyak data daripada yang Anda kira dan kami telah menemukan bahwa Anda mungkin memiliki lebih banyak keahlian dan kami menggabungkan semuanya menjadi sebuah model” ujarnya.

Thomas tertarik sistem pemantauan kapal di Indonesia yang dapat menjadi sumber data yang jauh lebih baik serta rencana penerapan kuata penangkapan.  “Banyak yang bilang Indonesia adalah negara berkembang dalam bidang Perikanan. Indonesia memiliki pemantauan kapal yang sangat canggih. Agar Indonesia dapat menerapkan prosedur pengelolaan perikanan yang baik,  dengan menggunakan usaha dan sistem manajemen berdasarkan kontrol kuota.  Saya pikir ada banyak harapan untuk masa depan yang cerah dan saya pikir itu benar-benar dapat saya bawa pulang” ungkapnya.

Kamaluddin Kasim dari Pusriskan-BRSM KKP selaku Ketua Team Writing FPAT mengakui kegiatan ini memerlukan banyak data. “Alhamdulillah Tim Writing FPAT sebelum ke Bali telah menyiapkan data-data tersebut. Ada beberapa matriks yang harus diisi dan memberikan skor tersendiri terhadap setiap pertanyaan, sebanyak 168 Matrik yang harus diisi secara bersama sama. Dari sinilah kegiatan ini benar-benar membutuhkan banyak pengetahuan dan pengalaman, justifikasi dalam memberikan skor matrik tersebut. ”ungkap Kamal.  Tim yang hadir ini cukup representatif mewakili ilmuan, praktisi, birokrasi, NGO sehingga hasil dari kegiatan ini sangat bermanfaat dalam hal rencana pengelolaan perikanan.

Kedepan PFAT berpeluang diujicobakan pada spesies karang lainnya, kepiting  dan pelagis kecil di WPP 715, 717 dan 718. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Adipati Rahmat selaku Project Manager PMU GEF 6 CFI Indonesia. Menurutnya, kegiatan workshop selama seminggu ini menyadarkan semuanya harus memperbaiki basis data perikanan. ”Keterbatasan ini berpengaruh terhadap varian data menjadi lebar, jika diperbaiki dapat menghasilkan rekomendasi intervensi yang lebih akurat dalam pengelolaan perikanan indonesia yang lebih baik. Kami dari project GEF-6 sangat senang jika berkesempatan mendukung pengelolaan sumberdaya ikan dengan melakukan penilaian pada spesies ikan penting dengan FPAT.” ujarnya.

Penerapan FPAT lebih lanjut dapat menjadi salah satu alternatif bagi KKP dan pemangku kepentingan dalam memperbaiki tata kelola sumberdaya perikanan, karena masih terdapat kesenjangan dan kelemahan data perikanan pesisir di WPP Indonesia, sehingga diperlukan desain analisis yang partisipatif dan sejalan dengan implementasi EAFM.

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments