728 x 90

GEF 6 CFI INDONESIA : RISET BERSAMA FPIK UNIVERSITAS PAPUA MENGKAJI PENERAPAN EAFM DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN KAKAP DAN KERAPU DI AISANDAMI, TELUK WONDAMA

Nelayan tradisional penangkap ikan kakap dan kerapu di perairan sekitar Aisandami, menggunakan alat tangkap pancing ulur (handline) (10 Agustus 2024)
Nelayan tradisional penangkap ikan kakap dan kerapu di perairan sekitar Aisandami, menggunakan alat tangkap pancing ulur (handline) (10 Agustus 2024)

cfi-indonesia.id. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua (UNIPA) melakukan kajian pengelolaan perikananan kakap dan kerapu di Kampung Aisandami dengan pendekatan EAFM. Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi performans pengelolaan ditinjau dari berbagai aspek pembentuk sistem perikanan kakap dan kerapu. Enam aspek yang dianalisis, yakni sumber daya   ikan, habitat dan ekosistem, teknologi penangkapan ikan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Penelitian ini didukung pendanaannya melalui hibah GEF 6 CFI Indonesia “The Ecosystem Approach To Fisheries Management (EAFM) In Eastern Indonesia (Fisheries Management Area (FMA) - 715,717 & 718), Komponents A, B and D”.

Oleh karena Kampung Aisandami berada di Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), maka pelaksanaan penelitian ini diawali dengan koordinasi dengan Balai Besar TNTC (BBTNTC) sebagai otorita pengelola kawasan TNTC. Koordinasi tersebut selain mendiskusikan tentang perikanan di dalam kawasan, juga untuk memperoleh Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) bagi tim peneliti yang akan melakukan survey pengumpulan data lapangan.

Koordinasi dan Presentasi rencana penelitian di kantor Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) dalam rangka memperoleh Surat Ijin Masuk Kawasan (SIMAKSI) TNTC (6 Agustus 2024)

Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, telah dilakukan pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber dan pengumpulan data primer langsung di lokasi penelitian di Kampung Aisandami pada bulan Agustus 2024. Data primer terdiri dari data sosial, ekonomi dan kelembagaan dikumpulkan melalui wawancara kepada masyarakat nelayan dan responden-responden kunci di Kampung Aisandami. Selain itu, dilakukan komunikasi tertulis dengan Kepala Seksi Perijinan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat dan Kepala Bidang Teknis BBTNC tentang koordinasi lintas stakeholder dalam pemanfaatan dan pengelolaan perikanan di TNTC.  Interaksi dengan nelayan juga dilakukan melalui pengamatan aktivitas, armada dan alat penangkapan ikan serta jumlah, jenis dan ukuran individu hasil tangkapan yang didaratkan.

Wawancara dengan masyarakat nelayan Kampung Aisandami (9 Agustus 2024)

Pengumpulan data habitat dan ekosistem dilakukan melalui survei pada Lokasi-lokasi pengamatan yang sudah ditetapkan. Parameter kualitas perairan yang diukur terdiri dari suhu, salinitas, pH, dan DO.  Sedangkan pengambilan data klorofil a dilakukan menggunakan data citra AQUA MODIS untuk periode waktu pengambilan data. Pengamatan biota karang sebagai komponen utama penyusun ekosistem terumbu karang dan berbagai organisme bentik lainnya dilakukan dengan metode point intercept transect (PIT) pada 9 stasiun yang ditentukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Pengamatan ekosistem yang lain (mangrove dan lamun) dilakukan dengan mengamati sebaran dan jenisnya pada 9 stasiun pengamatan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang telah dikumpulkan disimpulkan bahwa Pengelolaan perikanan kakap dan kerapu dengan pendekatan ekoistem (EAFM) yang dilakukan oleh Masyarakat di Kampung Aisandami sudah tergolong “baik” tetapi belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan status pengelolaan tersebut melalui berbagai intervensi oleh lembaga pemerintah dengan melibatkan lembaga-lembaga mitra pemerintah terkait.

Beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan, yakni: 1)  perlu adanya sinergi yang baik antara lembaga pemerintah dan lembaga mitra pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan regulasi terkait pemanfaatan dan pengelolaan perikanan; 2) dianjurkan untuk menetapkan protokol pencatatan data yang sistematis dan teratur, terutama untuk pencatatan komposisi spesies, data ukuran tangkapan dan CPUE. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran umum tentang komposisi spesies, tren ukuran ikan, dan CPUE ikan yang ditangkap sepanjang tahun; 3) untuk mencapai pengelolaan perikanan kakap dan kerapu yang optimal, lokasi habitat unik/khusus (misalnya SPAGs) harus diidentifikasi; dan 4) untuk meningkatkan produksi ikan dan nilai ekonomi ikan hasil tangkapan masyarakat Aisandami, perlu dikembangkan jaringan pemasaran yang mudah dijangkau dan biaya distribusi yang rendah.

 

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments