728 x 90

KKP BERSAMA IPB UNIVERSITY GELAR THE 6TH INTERNATIONAL CONFERENCE ON MARINE SCIENCES 2025

cfi-indonesia.id – Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), IPB University, kembali menyelenggarakan The 6th International Conference on Marine Science (ICMS) 2025 pada 17–18 September 2025 di IPB International Convention Center (IICC), Bogor.

CFI Indonesia bersama Championnya ikut menyemarakan ICMS ke-6 di IPB International Convention Center (IICC) - Bogor dengan membuka booth Diseminasi Knowledge Management dan Produk Champion (17-18/09/2025)

Konferensi ini merupakan hasil kolaborasi antara IPB University dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui program Coastal Fisheries Initiative (CFI) Indonesia, yang didukung oleh pendanaan dari Global Environment Facility-6 (GEF-6). CFI Indonesia merupakan inisiatif yang berfokus pada penerapan pendekatan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 715, 717, dan 718—kawasan penting yang tersebar di Indonesia bagian timur.

Menyatukan Ilmu Pengetahuan, Kebijakan, dan Masyarakat

Dengan mengusung tema “Advancing Marine Science for a Sustainable Blue Economy”, ICMS 2025 menjadi ajang strategis yang mempertemukan para peneliti, akademisi, pembuat kebijakan, praktisi, serta pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri untuk mendiskusikan solusi konkret terhadap tantangan kelautan masa kini dan mendatang.

Acara ini dibuka oleh Heike Lingertat, Lead Specialist dari GEF Agency WWF, dan menghadirkan sejumlah tokoh penting, antara lain: Dr. I Nyoman Radiarta (KKP), M. Miftah T. R. Wattimena, S.Ip., MA (Wakil Bupati Seram Bagian Timur), Dr. Huang Wen-Chien (National Sun Yat-sen University, Taiwan), Prof. Waka Sato-Okoshi (Tohoku University, Jepang), Dr. Nils Krueck (University of Tasmania, Australia). Dr James Abaraham (Komnas Kajiskan-Universitas Pattimura, Indonesia).

Kegiatan ICMS ke-6 ikut dibuka oleh Prof. Ferdinan Yulianda, Dekan FPIK IPB University mewakili Rektor, d IPB IICC -Bogor (17/09/2025)

Dalam sambutannya, Prof. Ferdinan Yulianda, Dekan FPIK IPB University, menyatakan bahwa ICMS bukan sekadar forum akademik, tetapi ruang kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara. Menurutnya, ekonomi biru tidak dapat terwujud tanpa sinergi antara inovasi ilmiah, kebijakan yang tepat, dan keterlibatan aktif masyarakat.

“Konferensi ini merupakan bukti komitmen IPB University dalam mendukung pembangunan berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan. Tidak ada satu pihak pun yang bisa berjalan sendiri menghadapi kompleksitas isu kelautan,” ungkap Prof. Ferdinan.

Kolaborasi IPTEK dan Kebijakan untuk Ekonomi Biru

Mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai keynote speaker, Dr. I Nyoman Radiarta, Kepala BPSDMP KKP, menyambut baik kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah dalam mendukung agenda ekonomi biru.

Kepala BPSDMP KKP Dr. I Nyoman Radiarta, Mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai keynote speaker ICMS ke-6  di IPB IICC - Bogor (17/09/2025)

“Pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berbasis riset. Semua kebijakan ke depan perlu disusun berdasarkan bukti ilmiah. Karena itu, kolaborasi dengan dunia akademik menjadi sangat penting,” ujarnya.

Dalam paparannya berjudul “Indonesia’s Blue Economy: Framework for Sustainable Ocean Governance”, Dr. Radiarta menekankan bahwa ekonomi biru adalah core keberlanjutan yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, pelestarian ekosistem laut, dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Strategi ini sejalan dengan lima program prioritas KKP, termasuk pengembangan blue food untuk ketahanan pangan.

Pulau Kecil sebagai Pusat Kemajuan

Prof. Dietriech G. Bengen, Guru Besar Ekologi Pesisir dan Laut IPB University, juga turut memberikan pidato kunci. Ia menyoroti potensi strategis pulau-pulau kecil sebagai pusat kemajuan dan laboratorium hidup dalam membangun ekonomi biru.

Prof. Dietriech G. Bengen, Guru Besar Ekologi Pesisir dan Laut IPB University menjadi keynote speaker ICMS ke-6  menyampaikan “Small Islands: The Strategic Pillars of Indonesia's Blue Economy” (17/09/2025)

“Pulau kecil tidak boleh dipandang sebagai wilayah terpinggirkan. Justru di sanalah terdapat kearifan lokal, ekosistem unik, dan komunitas adaptif yang sangat relevan dengan keberlanjutan,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan pulau kecil sebagai titik fokus inovasi, integrasi ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Sasi dan Konservasi Berbasis Komunitas

Wakil Bupati Seram Bagian Timur, M. Miftah Wattimena, dalam sesinya memaparkan pentingnya pendekatan berbasis masyarakat dan adat, seperti praktik Sasi/Ngam, dalam menjaga kelestarian laut. Menurutnya, wilayah perairan Kabupaten Seram Bagian Timur telah memiliki Kawasan Konservasi Laut Pulau Koon, Garogos, Nukus, dan Neden seluas 9.900,87 hektare. Kawasan ini telah ditetapkan melalui KEPMEN KP No. 65/KEPMEN-KP/2020.

Wakil Bupati Seram Bagian Timur, M. Miftah  T. R. Wattimena, S.Ip., MA  ikut mempresentasikan pengelolaan MPA – OECM – MHA berbasis kearifan lokal di SBT di ICMS ke-6 (17/09/2025)

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa saat ini sedang diinisiasi perluasan kawasan konservasi baru bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku dan CFI Indonesia dengan luas mencapai 189.875 hektare. Berdasarkan data WWF, Pulau Koon merupakan salah satu tempat pemijahan ikan terbesar, khususnya jenis kerapu dan kakap.

“Kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga potensi ini demi masa depan masyarakat dan ekosistem,” ungkapnya.

CFI Indonesia: Lima Tahun Berkontribusi untuk Laut Berkelanjutan

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Adipati Rahmat, Project Manager CFI Indonesia, menyampaikan bahwa kegiatan konferensi ini sejalan dengan komitmen CFI Indonesia yang telah lima tahun terakhir mendukung implementasi blue economy di wilayah timur Indonesia.

Project Manager CFI Indonesia Dr. Adipati Rahmat, ikut mendiseminasikan progres dan capaian CFI Indonesia kepada wartawan media pada kegiatan ICMS ke-6 di IPB  (17/09/2025)

“Kami telah mendorong penguatan tata kelola perikanan berbasis ekosistem melalui program seperti Sasi Co-Management, Sasi Label, dan pengelolaan perikanan berbasis kuota. Semua itu berkontribusi terhadap ketahanan ekosistem sekaligus peningkatan kesejahteraan nelayan lokal,” ungkapnya.

Program Sasi Label sendiri telah memberdayakan komunitas nelayan, terutama perempuan, dengan pelatihan, pengolahan hasil laut, branding produk, hingga distribusi ke retail modern.

Diikuti Delapan Negara dan Lebih dari 200 Peserta

Peserta Kegiatan ICMS ke-6 International Convention Center (IICC), Bogor (17-18/09/2025)

Ketua panitia ICMS 2025, Nadya Cakasana, melaporkan bahwa konferensi ini diikuti oleh peserta dari delapan negara, yaitu: Indonesia, Taiwan, Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Jerman, dan Bangladesh.

“Kami menerima 96 abstrak, 76 di antaranya terpilih untuk presentasi lisan, dan 13 sebagai presentasi poster. Peserta berasal dari berbagai latar belakang—universitas, lembaga riset, industri maritim, pemerintahan, hingga mahasiswa,” ujarnya.

Konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan kolaborasi nyata dan rekomendasi kebijakan berbasis sains untuk pembangunan kelautan Indonesia yang berkelanjutan.

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments