728 x 90

CFI INDONESIA FASILITASI VALIDASI DATA PERIKANAN SKALA KECIL DI WPPNRI 715, 717 DAN 718

cfi-indonesia.id. Data Penangkapan Ikan berperan penting sebagai salah satu bahan untuk analisis kegiatan operasional penangkapan ikan yang outputnya berupa rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan. Namun seringkali data perikanan yang diperoleh secara nasional memiliki sejumlah anomali.

Anomali data perikanan sendiri adalah ketidaksesuaian sebagian kecil database perikanan yang muncul sebagai akibat berbagai tantangan pendataan di lapangan. Anomali sering mengganggu upaya pembacaan data yang akurat dan jernih, sehingga Direktorat PSDI selaku salah satu pengampu data perikanan, memandang penting upaya memvalildasi data perikanan agar kebijakan dan program yang dilahirkan dari data milik KKP menjadi kuat dan meyakinkan.

Kegiatan Workshop Validasi Data Perikanan Skala Kecil di WPPNR 715, 717, dan 718,  di Jakarta difasilitasi melalui pendanaan hibah CFI Indonesia (26-28/02/2025)

Direktorat Pengelolaan Sumberdaya Ikan, melalui Kelompok Kerja Perairan ZEEI dan Laut Lepas, melaksanakan kegiatan Workshop Validasi Data Perikanan Skala Kecil di WPPNR 715, 717, dan 718, selama 3 hari, dari 26-28 Februari 2025 di Jakarta. Yang dihadiri oleh tim pelaksana survey Validasi Data Perikanan Tahun 2024 dari Direktorat PSDI, Badan Riset dan Inovasi Nasional, PUSDATIN, Setditjen PT DJPT, Inspektorat Jenderal, dan PMU CFI GEF6 (26-28/2/2025)

Perikanan skala kecil di Indonesia mempunyai unsur kompleksitas yang tinggi dengan karakteristik seperti variasi pada target spesies, alat tangkap dan teknik penangkapan yang sangat dinamis, berubah tergantung musim dan ruang, dan variasi yang tinggi pada hasil tangkapan.

Dalam pelaksanaannya, pengelolaan perikanan skala kecil memiliki banyak tantangan, yang pertama adalah minimnya ketersediaan data runut waktu (time series) berupa data produksi, operasional penangkapan dan jumlah kapal, yang kedua adalah rendahnya tingkat akurasi data yang disebabkan pemanfaatan sumber daya ikan oleh perikanan skala kecil dilakukan oleh ribuan armada berskala kecil di sepanjang wilayah perairan kepulauan dan teritorial Indonesia.

Putuh Suadela selaku Ketua Tim Kerja Sumberdaya Ikan ZEEI dan Laut Lepas Direktorat PSDI mengungkapkan Kegiatan ini sangat penting untuk mengurai permasalahan data perikanan skala kecil di lokasi kabupaten/kota yang diindikasikan memiliki data anomali seperti data fluktuatif ataupun data tangkapan secara time series yang tidak sesuai dengan upaya penangkapan. Lebih lanjut Putuh menjelaskan permasalahan yang terjadi umumnya disebabkan karena minimnya jumlah Enumerator yang bertugas tidak sebanding dengan luasnya wilayah kerja. Rendahnya kemampuan petugas enumerator/validator di kabupaten/kota dalam melakukan identifikasi jenis ikan secara spesifik dan jenis alat tangkap ikan juga berpengaruh terhadap keakuratan data yang dilaporkan ke Pemerintah Pusat. “maka itu, perlu adanya petugas enumerator yang memadai serta pengembangan kapasitas mereka melalui pelatihan dan pendampingan adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas data perikanan skala kecil" ungkap Putuh.

Anomali pada data produksi, operasional penangkapan dan jumlah kapal perikanan skala kecil yang menjadi temuan pada data tangkapan perikanan skala kecil, diperoleh dari hasil kegiatan validasi data perikanan Tahun 2024 yang dilakukan pada lokasi pendaratan di Kabupaten Pulau Morotai, Kota Bitung, Kota Jayapura, Kota Biak, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kabupaten Merauke. Kegiatan validasi pada tahun 2024 tersebut juga difasilitasi pembiayaannya oleh CFI Indonesia GEF6.

Pada kesempatan yang sama Adipati Rahmat Gumelar selaku Project Manager CFI Indonesia GEF 6 menyampaikan peran CFI Indonesia dalam memfasilitasi Survey Validasi di Pelabuhan Perikanan di 2024 dan juga dukungan untuk 2025. Menurutnya workshop selama 3 hari ini membuka berbagai temuan bahwa data perikanan memiliki sejumlah kecil anomali yang perlu dikritisi. “CFI Indonesia telah mengambil langkah, sejak mengevaluasi hasil Validasi Data Perikanan tahun 2024, bahwa tidak hanya dibutuhkan Survey Validasi Data Perikanan di 2025, namun juga Bimbingan Teknis bagi para Enumerator di lapangan, karena anomali data juga tercipta sebagai akibat perbedaan pemahaman dan standar dari para Enumerator itu sendiri" ungkap Adipati.

Adipati juga menambahkan bahwa CFI Indonesia akan meningkatkan fasilitasinya kepada kegiatan Pelatihan dan Praktik E-Logbook bagi nelayan, dibanding tahun lalu yang hanya memberikan sejumlah Sosialisasi. Harapannya, ada perbaikan data perikanan untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih akurat dan meyakinkan.

Diharapkan kegiatan workshop validasi ini dapat merumuskan pola pengelolaan dan strategi pemanfaatan sumber daya perikanan skala kecil secara berkelanjutan di perairan Indonesia, serta dapat mendukung kajian stok sumber daya ikan sehingga berbagai kebijakan yang diambil dimasa depan dapat lebih menjamin kesejahteraan nelayan kecil di Indonesia.

 

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments