cfi-indonesia.id. Manokwari, 16 Oktober 2025 — Sebanyak 30 nelayan dari Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, mendapatkan pelatihan langsung untuk menjadi pelatih atau champions dalam perbaikan mesin kapal dan perakitan alat penangkapan ikan ramah lingkungan. Kegiatan ini menjadi bagian dari kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan WWF US GEF Agency dalam program Coastal Fisheries Initiative (CFI) Indonesia, sebagai wujud nyata pemberdayaan nelayan skala kecil di wilayah timur Indonesia.
.jpeg)
Foto bersama : Kegiatan Training of Trainer untuk Champions Nelayan Dalam Bidang Perbaikan Mesin Kapal Perikanan dan Perakitan Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat bersama Balai Besar Penangkapan Ikan difasilitasi melalui pendanaan hibah GEF 6 CFI Indonesia, Manokwari (14-16/10/2025)
Pelatihan berlangsung selama tiga hari penuh, sejak 14 hingga 16 Oktober 2025, di Balai Pertemuan Kelurahan Padarni, Distrik Manokwari Barat. Ini bukan pelatihan biasa: 75% porsi kegiatan difokuskan untuk praktik langsung, dengan hanya 25% sisanya berupa teori. Para peserta—yang terdiri dari 24 nelayan laki-laki dan 6 nelayan perempuan—tak hanya duduk mendengar, tapi membongkar mesin, mengganti impeller, sampai menyusun rangka bubu ikan dengan tangan mereka sendiri.
Teknologi Ramah Nelayan, Ramah Lingkungan
Fokus pelatihan adalah dua keterampilan utama: (i) Perawatan dan perbaikan motor tempel, yakni mesin yang menjadi nyawa kapal penangkap ikan nelayan kecil.(ii) Perakitan bubu lipat ikan, alat tangkap hasil inovasi Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) yang dinilai ramah lingkungan dan efisien untuk perairan setempat.
"Pelatihan ini kami rancang agar peserta bisa benar-benar paham teknis di lapangan, bukan sekadar tahu teori," ujar Tri Wahyu Wibowo, salah satu narasumber dari BBPI Semarang yang juga ahli mesin kapal perikanan.
Turut mendampingi pelatihan adalah tim teknis dari Yamaha Marine dan instruktur ahli lainnya seperti Fadli Akbar Sumarlan, Syamsul Arifin, Rakhman Setiawan, serta Yazid Zaini dari bidang alat tangkap.
Jadi Pelatih di Kampung Sendiri
Kegiatan ini diresmikan oleh Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat, Henok Nimbrod Indouw. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar peserta menjadi agen perubahan di kampung masing-masing.
.jpeg)
Kegiatan Training of Trainer untuk Champions Nelayan Dalam Bidang Perbaikan Mesin Kapal Perikanan dan Perakitan Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Manokwari, di buka oleh Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat, Henok Nimbrod Indouw (14/10/2025)
“Kalian adalah nelayan pilihan. Diharapkan nanti kalian bisa menularkan ilmu ini ke kelompok nelayan lain di wilayah kalian. Mesin tempel dan alat tangkap adalah nyawa usaha tangkap nelayan kecil,” tegasnya.
Menurutnya, pelatihan seperti ini bukan hanya tentang keahlian teknis, tetapi bagian dari upaya membangun kemandirian ekonomi masyarakat pesisir.
Pembelajaran Langsung dari Lapangan
Pada hari pertama, peserta dikenalkan pada cara kerja mesin tempel, anatomi mesin, dan teknik dasar perawatannya. Materi disampaikan oleh Fadli Akbar Sumarlan dan langsung disusul dengan praktik bongkar-pasang mesin.

Praktek Perbaikan Mesin Kapal Perikanan dan Perakitan Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Manokwari, (14510/2025)
Hari kedua, suasana pelatihan semakin intens. Mesin-mesin tempel dibongkar satu per satu. Peserta membersihkan garam yang menyumbat jalur pendingin, mengganti busi, mengecek fuel filter, bahkan mengganti oli gear. Salah satu peserta dari Manokwari mengungkapkan:
“Ternyata suara bergetar mesin kami itu karena endapan garam. Setelah dibersihkan, mesin jadi normal lagi. Kami diajari langsung cara perbaikan. Ini penting karena kalau di tengah laut mesin rusak, kami bisa atasi sendiri.”
Sementara pada hari ketiga, fokus beralih ke alat tangkap. Peserta dikenalkan dengan bubu lipat ikan, alat tangkap ramah lingkungan yang dapat dilipat dan mudah digunakan. Mereka merakit alat ini dari nol: menyusun rangka, menjahit webbing, hingga memasang injap.
.jpeg)
Praktek Perakitan Bubu Lipat Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Manokwari, (16/10/2025)
“Awalnya saya pikir bikin bubu itu rumit, ternyata asik juga. Bisa dikerjakan di rumah,” kata Samsul, nelayan dari Teluk Wondama yang ikut pelatihan.
Kolaborasi Kuat dari Hulu ke Hilir
Kegiatan ini bukan hanya andil KKP dan BBPI, tapi juga hasil sinergi multi-pihak. Hadir dalam pembukaan acara Edi Kurniawan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate, serta Dita Mulyadi dari GEF-6 CFI Indonesia.
Dita menyampaikan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari upaya global untuk menjaga sumber daya laut secara inklusif.
“Nelayan kecil punya peran besar dalam pemanfaatan sumber daya perikanan. Program seperti ini mendukung mereka agar lebih mandiri, tangguh, dan berkelanjutan. Kami mengapresiasi kerja sama yang telah terbangun dengan baik,” katanya.
Tujuan utama DJPT sendiri adalah mencetak nelayan yang maju, mandiri, dan tangguh. Lewat pelatihan seperti ini, harapannya nelayan dapat mengelola alat tangkap dan kapal mereka tanpa tergantung sepenuhnya pada teknisi luar.
5300 Nelayan Sudah Terdampak
Pada kesempatan terpisah, Project Manager GEF-6 CFI Indonesia Adipati Rahmat menyampaikan bahwa hingga 2025, sudah lebih dari 5.300 nelayan di berbagai wilayah Indonesia mendapat manfaat dari pelatihan teknis seperti ini. Pihaknya siap mendukung program nasional Kampung Nelayan Merah Putih yang dicanangkan pemerintah sebagai upaya penguatan ekonomi pesisir berbasis pengetahuan.
“Kegiatan seperti ini adalah wujud nyata kontribusi kami dalam mendukung agenda nasional dan SDGs. Dari pelatihan mesin hingga alat tangkap, dari laut hingga kebijakan,” ujarnya.
Laut Adalah Masa Depan
Pelatihan ini menegaskan satu hal penting: kemampuan teknis adalah kunci kemandirian. Ketika nelayan bisa merawat kapal dan membuat alat tangkap sendiri, maka mereka lebih tahan terhadap tantangan ekonomi, cuaca ekstrem, hingga biaya operasional tinggi.
Kolaborasi antara KKP, BBPI Semarang, GEF-6 CFI Indonesia, dan pemerintah daerah Papua Barat menjadi contoh ideal bagaimana pelatihan berbasis praktik langsung dan teknologi tepat guna bisa memberi dampak nyata.
Lebih dari sekadar pelatihan, ini adalah investasi masa depan — untuk laut yang lebih lestari, nelayan yang lebih kuat, dan komunitas pesisir yang lebih berdaya.
0 COMMENTS