cfi-indonesia.id. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berkomitmen mewujudkan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan diantaranya melalui penguatan ekonomi biru berbasis masyarakat pesisir dan pengarusutamaan gender (PUG) dengan pelibatan perempuan nelayan.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) KKP gelar Pelatihan Diversifikasi Usaha Olahan Hasil Perikanan bagi Wanita Nelayan di Morotai, pada tanggal 27 hingga 29 April 2025. Kegiatan tersebut difasilitasi melalui pendanaan Proyek Coastal Fisheries Initiatives (CFI) Indonesia.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta perempuan dari Desa Mandiri, Daeo Majiko, dan Daeo, yang dibagi ke dalam tiga kelompok masing-masing beranggotakan sepuluh orang. Pelatihan yang dikoordinir oleh Direktorat Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan (PPN) bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pengolahan hasil perikanan berbasis potensi lokal sekaligus memperkuat ekonomi rumah tangga pesisir melalui diversifikasi usaha.
Dalam sambutannya, Project Manager Proyek CFI Indonesia, Adipati Rahmat Gumelar, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari replikasi praktik baik yang telah dikembangkan dalam pelaksanaan Proyek CFI ID. Ia menegaskan pentingnya memperluas dampak positif proyek ini melalui pendekatan yang tidak hanya fokus pada sektor produksi, tetapi juga memperkuat pemberdayaan sosial di komunitas pesisir.
"Melalui replikasi best practice ini, kita ingin memastikan bahwa pengembangan ekonomi biru dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat lokal serta membuka akses terhadap peluang ekonomi baru," tuturnya.
Dukungan dari pemerintah daerah turut disampaikan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Morotai John Tiala. Dalam arahannya, Ia menekankan bahwa pemberdayaan perempuan nelayan merupakan bagian strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan ekonomi komunitas pesisir.
"Kami berharap pelatihan ini dapat memperkuat kapasitas perempuan nelayan di Morotai, tidak hanya dalam meningkatkan keterampilan, tetapi juga dalam membangun usaha yang berdaya saing," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan (PPN) Mahrus, menyoroti pentingnya diversifikasi usaha berbasis hasil perikanan sebagai upaya memperluas nilai tambah produk lokal.
"Dengan penguasaan keterampilan olahan dan dukungan legalitas usaha seperti NIB dan PIRT, kita berharap produk-produk lokal Morotai bisa semakin bersaing di pasar nasional bahkan internasional," jelasnya.
Sebagai bagian dari komitmen pengarusutamaan gender dalam proyek ini, Gender Specialist Proyek CFI, Faridatun Amalia Hasanah, mengajak seluruh peserta untuk menanamkan komitmen pribadi dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya ke depan.
"Pemberdayaan perempuan tidak hanya berhenti pada pelatihan ini. Komitmen dari Ibu-ibu semua untuk terus belajar, berinovasi, dan menjaga keberlanjutan usahanya sangatlah penting agar dampak dari pelatihan ini bisa terus dirasakan dalam jangka panjang," ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa pelatihan ini merupakan kesetaraan akses perempuan dalam sektor perikanan berkelanjutan yang menjadi pondasi ekonomi biru.
Kegiatan pelatihan teknis difasilitasi oleh instruktur dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BBP3KP), Ibu Levi, yang mendampingi peserta dalam praktik pembuatan bakso ikan berbahan dasar tuna, komoditas unggulan Morotai. Pada hari kedua, peserta akan melanjutkan pelatihan dengan pembuatan abon ikan, dan kegiatan akan ditutup pada hari ketiga dengan fasilitasi pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan PIRT untuk memperkuat legalitas usaha kelompok.
Pelaksanaan pelatihan ini juga menjadi bagian dari dukungan aktif Proyek CFI Indonesia terhadap Kegiatan Peresmian Pelabuhan Perikanan Daeo Majiko Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Morotai oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono. Peresmian ini menandai langkah strategis pengembangan sektor kelautan dan perikanan berbasis ekonomi biru di Indonesia Timur, dengan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai pilar utama dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut.
Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta mampu membangun usaha mandiri berbasis hasil perikanan local, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga pesisir, serta menjadi bagian dari gerakan pembangunan ekonomi biru yang inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan di Kabupaten Morotai.
0 COMMENTS