cfi-indonesia.id. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengelolan perikanan berbasis ekosistem (Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM)) di Indonesia. Melalui pendanaan hibah GEF-6 CFI Indoensia, EAFM terus diimplementasikan khusus di kawasan Timur Indonesia di 3 WPPNRI 715,717 dan 718.
Salah satu kegiatan yang dipraktekan adalah pengembangan Atraktor Cangkang Kerang pada Rumah Ikan di Teluk Makbon pada Bulan Juli lalu oleh Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan (Dit. PSDI) bersama dengan Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang (BBPI Semarang). Untuk memastikan efektifitas kegiatan inovatif tersebut, BBPI Semarang melakukan monitoring dilokasi yang sama (24-30/10/2023).
Pelaksanaan Monitoring Atraktor Cangkang Kerang pada Rumah Ikan merupakan rangkaian kegiatan pemantauan kondisi dan perkembangan dari atraktor cangkang kerang yang telah dipasang pada dasar perairan Teluk Makbon. Kegiatan monitoring ini masih difasilitasi oleh GEF-6 CFI Indonesia.
Monitoring Atraktor Cangkang Kerang pada Rumah Ikan merupakan rangkaian kegiatan pemantauan kondisi dan perkembangan dari atraktor cangkang kerang yang telah dipasang pada dasar perairan Teluk Makbon (24-30/10/2023)
BBPI sebagai pelaksana menugaskan tiga personil Tim Monitoring untuk melaksanakan kegiatan ini, diawali koordinasi dengan DKP Kabupaten Sorong, Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Sorong, Penyuluh dan Kepala Kampung Kuadas Distrik Makbon, melakukan pengambilan dokumentasi bawah air dan wawancara kepada nelayan setempat yang memanfaatkan atraktor cangkang kerang dan rumah ikan.
Masyarakat sekitar Kuadas dan Makbon telah merasakan manfaat adanya pemasangan atraktor cangkang kerang pada rumah ikan di Teluk Makbon. Beberapa responden menyatakan bahwa adanya atraktor kerang pada rumah ikan memberikan dampak positif pada habitat ikan. Hal ini ditunjukan dari hasil tangkapan yang lebih banyak dari sebelumnya. Hasil tangkapan nelayan meningkat, dari sebelumnya 3 kg / hari menjadi 4 kg/ hari atau meningkat sebesar 33%.
Pengamatan bawah air dilakukan di tiga modul atraktor cangkang kerang dan satu modul rumah ikan di teluk Makbon. Dari hasil pengamatan dengan metode point stationary count berhasil dicatat 10 jenis ikan yang termasuk dalam 8 famili dengan jumlah individu sebanyak 597 ekor, dalam areal pengamatan seluas 314 m2 . Komposisi jenis ikan karang terdiri atas 2 jenis ikan target (ikan pangan), 5 jenis ikan kelompok mayor dan biota lainnya seperti invertebrata benthos non karang sebanyak 3 jenis. Kelompok ikan target (target species) meliputi ikan konsumsi dan ekonomis penting yang berasosiasi dengan atraktor kerang, termasuk di antaranya adalah kakap (Lutjanus sp.) sejumlah 7 ekor dari famili Lutjanidae dan baronang (Siganus sp) dari famili Siganidae sejumlah 1 ekor, serta beberapa jenis yang selalu diburu nelayan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.
Ekosistem terumbu buatan atraktor kerang di Perairan Teluk Makbon memiliki kelimpahan ikan karang yang cukup tinggi. Komposisi jenis ikan yang ditemukan di lokasi pengamatan terdiri dari 8 famili dengan 10 jenis dengan total 597 individu. Kelimpahan spesies ikan dari famili Pomacentridae mendominasi dilokasi pengamatan dengan 232 jenis ikan dan paling sedikit dari famili Siganidae yang hanya ditemukan 1 jenis. Selain dari jenis ikan, adapun biota lainnya yang berasosiasi di atraktor kerang seperti udang yang ada didalam cangkang kerang dan telur cumi yang menempel pada kerangka atraktor. Atraktor kerang di lokasi dari hasil pengamatan selain telah berperan menjadi habitat bagi ikan karang. Jumlah individu total pada stasiun pengamatan dapat menggambarkan kualitas lingkungan perairan tersebut.
Hasil monitoring atraktor cangkang kerang pada rumah ikan di Kabupaten Sorong menunjukan dampak signifikat terhadap peningkatan hasil tangkapan nelayan sekaligus menjaga keberlansungan sumberdaya ikan karangnya. Capain tersebut selaras dengan tujuan Program GEF 6 CFI Indonesia berkontribusi dalam penerapan EAFM, memperbaiki pengelolaan perikanan, dan menerapkan pengelolan pengetahuan, pengawasan dan evaluasi perikanan pesisir yang berkelanjutan di WPP 715, 717 dan 718.
0 COMMENTS