728 x 90

INSPIRATOR KESETERAAN GENDER DI PERBATASAN TIMUR INDONESIA

Judul diatas terkesan berlebihan namun itulah fakta bagi seorang perempuan di Ohoi (Desa) Watkidat Kecamatan Kei Besar Selatan Barat Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Dialah Sri Fany Mony Ketua Kelompok Perempuan Nelayan Ohoi Watkidat. Sri Fany Mony yang akrabnya dipanggil Fany bersama sekumpulan perempuan lainnya berkecimpung didunia perikanan (pengolahan ikan). Mereka memanfaatkan hasil tangkapan nelayan dari Ohoi Watkidata dan sekitarnya. Watkidat sendiri berada di Pulau Kei Besar (Nuhu Yuut) yang merupakan salah satu pulau terluar Negara Indonesia yang berbatasan dengan Negara Australia, masih memiliki potensi perikanan yang besar.

Ibu Fany, sosok yang menggerakan anak perempuan dan istri para nelayan di Desa Watkidat ikut berperan membantu ekonomi rumah tangga keluarga. Baginya, nelayan bukan hanya pergi memancing/menangkap ikan di laut, seorang perempuan disebut bisa disebut nelayan apabila dapat menghasilkan produk olahan dari komuditas hasil tangkapan nelayan setempat. Produk tersebut memiliki nilai tambah dapat dipasarkan baik di pasar lokal, regional  maupun internasional.

Kehadiran GEF-6 CFI Indonesia di Ohoi Watkidat Kecamatan Kei Besar Selatan Barat Kab. Maluku Tenggara berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan kaum perempuan membantu ekonomi rumah tangga dan peran-peran sosial budaya lainnya. Menurut Fany, sejak ditetap sebagai salah satu desa percontohan GEF-6 tahun 2020 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), masyarakat Ohoi Watkidat mengalami banyak perkembangan yang positif. Kehadiran CFI Indonesia melibatkan kaum perempuan Watkidat dalam berbagai kegiatan, seperti perencanaan, pelaksanaan kegiatan bahkan hingga monitoring dan evaluasi. Menurutnya, sebelumnya kaum perempuan di Watkidat terpinggirkan dari peran-peran tersebut.  

”Sebelum adanya GEF-6 kaum perempuan sering disepelehkan oleh para nelayan (kaum pria), perempuan hanya mengurus anak di rumah, memasak ikan di dapur atau menjual hasil tangkapan. Kaum perempuan tidak dilibatkan dalam diskusi oleh para kaum pria, tetapi kehadiran GEF-6 sangat dirasakan peran pentingnya bagi kaum perempuan karena kami juga dilibatkan dalam kegiatan kegiatan GEF-6. Kaum perempuan Watkidat diberdayakan sebagai pengolah hasil tangkapan yang telah memproduksi kerupuk ikan, abon ikan dan lainnya” ungkap Fany.

Lebih lanjut Fany menuturkan bahwa GEF-6 telah merubah pola pikir tentang pengolahan perikanan yang ramah lingkungan, memberikan ilmu pengetahuan yang begitu luas, memberikan pelatihan serta bantuan sarana perikanan baik perikanan tangkap maupun pengolahan. ”Saya melihat dan merasakan adanya perubahan, dahulu ketika ikan hasil tangkapan tidak habis terjual, sisanya kadang busuk dan terpaksa dibuang,  namun semenjak hadirnya GEF-6 hasil tangkapan yang tidak laku terjual tersebut  biasa langsung diproduksi menjadi beberapa produk olahan oleh kaum perempuan” cerita Fany.

Sri Fany Mony ikut dalam rombongan CFI Indonesia pada pertemuan Coastal Fisheries Initiative (CFI) Annual Global Partnership Consultation (GPC) di Dakar Senegel (20-25 Februari 2023)

Sosok yang dipercayakan sebagai Ketua Kelompok Perempuan Nelayan Watkidat, Fany mengakui melalui GEF 6 telah mempelajari banyak hal, termasuk belajar hingga Negera lainnya. Awal Tahun 2023, Dia bersama tim dari dari KKP berkunjung ke Negara Senegal di Benua Afrika. Menurut Fany, dari kunjungan tersebut terdapat salah satu desa yang terletak di samudera pasifik, para nelayan mengolah kerang menjadi produk basah atau kering.  Mereka telah memiliki sarana prasarana produksi hasil perikanan dan menghasilkan produk lainnya seperti dendeng ikan dan ikan asin. Fany mengakui kagum dan banyak belajar dari mereka. ”Saya sangat kagum dengan cara kerja serta teknologi yang digunakan dalam memproduksi olahan, mereka sangat disiplin waktu dan juga mempunyai seragam (kostum) kerja” ujar Fany. Lebh lanjut Fany menambahkan Pelaku usaha di Peru mengunakan teknologi (alat produksi) yang dapat meringankan pekerjaan mereka, sedangkan kelompok perempuan nelayan di Watkidat masih banyak menggunakan  teknologi pengolahan produk secara sederhana (manual).

Meskipun dalam kondisi terbatas, Fany dan anggota kelompok perempuan lainnya tetap semangat dalam berkarya. Bahkan Fani mau menularkan ilmu-ilmu yang didapat kepada yang lainnya. Dia bersedia memberikan bimbingan berupa pengetahuan dan informasi yang telah didapatkan dari GEF-6 CFI Indonesia kepada Perempuan Nelayan Ohoi Watkidat dan masyarakat lainnya.

Selama Tahun 2023, Fany dan kelompoknya mendapat pelatihan dan pendampinagn dari GEF 6 sebagai tambahan bekal pengetahuan dan informasi produksi olahan ikan dan pemasarannya. Poduk unggulan kelompok  berhasil memproduksi ikan asap cair, Abon, Nugget, krupuk, otak otak ikan dan dapat memasarkannya. Tv Tribun Network Maluku berhasil mewawancara Fany saat ikut mengikuti Festival Meti Kei 2023, Agenda Tahunan Kabupaten Maluku Tenggara. Melalui media Tvnya, Trubun Network merelease kelompok Perempuan Watkidat ini menghasilkan 13 juta dari penjualan olahan ikannya.  ”Semua yang kami lakukan berawal dari program Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui GEF 6 dan juga penetapan Desa Watkidata sebagai Kampung Nelayan Maju” Ujar Fany.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh GEF-6 CFI Indonesia dan dirasakan maanfaatanya. Menurut Ibu Fany Para tokoh-tokoh masyarakat Watkidat merasa bangga karena GEF-6 bukan hanya datang melakukan survei perikanan dan lingkungan saja,  tetapi juga peduli terhadap kaum perempuan, ibu janda, para disabilitas. Begitupala terhadap masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan juga peduli terhadap keberadaan Masyarakat Hukum Adat (MHA)/ Lembaga Adat (BSA). Selain itu, GEF-6 ikut mendorong pembentukan Koperasi Perikanan di Ohoi Watkidat.

Harapan ibu Fany di Hari Laut Sedunia

”Semoga kita semua menjaga ekosistem laut, membuang sampah pada tempatnya dan menjaga laut dari perubahan iklim demi masa depan kita bersama. Tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan secara illegal/liar seperti membom, memberi racun ikan (bius ikan) karena dapat menyebabkan kerusakan pada terumbuh karang dan ekosistem lainnya di perairan.” harapan Fani untuk hari laut sedunia. Dia menambahkan harapan lainnya agar nelayan kecil yang hanya menggantungkan hidupnya di laut patut banyak mendapat perhatian.

Harapan Fany selaku Ketua Kelompok Perempuan Nelayan, semoga Kelompok Perempuan Nelayan sukses kedepannya serta menjadi inspirator bagi kaum perempuan lainnya ikut membantu ekonomi rumah tangga keluarga.  Secara pribadi, Fany ingin memberikan yang terbaik dibutuhkan oleh banyak orang. Apa yang dilakukannya juga dapat menginspirasi anak-anaknya. Bahkan berharap agar anak anaknya giat dalam belajar, dapat berbakti bagi nusa bangsa dan orang tua.  

Sebagai masyarakat yang mendiami Pulau kecil terluar Indonesia berbatasan dengan negara lainnya yang memilik banyak keterbatasan meresa berterima kasih dengan hadirnya GEF-6 di Watkidat. Namun Fany menyadari pendampingan GEF-6 CFI Indonesia dibatasi waktu sehingga kini saatnya masyarakat Watkidat giat berupaya menjadi lebih mandiri. *Komunitas saya diharapkan bisa lebih mandiri ketika tidak lagi didampingi oleh CFI Indonesia dan bisa menciptakan ide, gagasan, inovasi produk kedepan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keseharian” tegas Fany.

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments