728 x 90

CFI INDONESIA TURUT MENDUKUNG KETAHANGAN PANGAN NASIONAL

cfi-indonesia.id. CFI Indonesia kehadiran tim evaluasi independen GEF melaksanakan evaluasi program sistem pangan. Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan bukti di tingkat negara tentang kinerja intervensi proyek GEF yang difokuskan pada sistem pangan termasuk sistem pangan mandiri.

Kaitannya dengan studi sistem pangan di Indonesia tersebut, tim Independen GEF yang dipimpin  Dr. Detlev Puetz didampingi Ali Imron mengunjungi Kantor PMU CFI Indonesia di Jakarta. Kehadiran berdiskusi dan wawancara untuk memperoleh informasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang hasil dari intervensi sistem pangan GEF dan faktor-faktor yang menjelaskannya termasuk keberlanjutan perubahan dan menilai bagaimana pendekatan program terpadu GEF terhadap sistem pangan yang telah berkembang di Indonesia.

Dr. Adipati Rahmat selaku project manager memperkenalkan CFI Indonesia dan menyampaikan progress implementasinya.  Salah satu yang disinggung adalah praktek terbaik sasi label ikut mendukung ketahanan pangan.  Sasi label yang merupakan gagasan CFI Indonesia dimaksudkan sebagai upaya mendukung kebijakan perikanan tangkap yang berkelanjutan dengan menekan dampak negatif terhadap ekosistem dan juga mendorong manfaat positif bagi masyarakat adat pesisir. Sasi Label berperan memberikan label untuk komoditi dan produk keluaran dari kawasan sasi agar memiliki nilai tambah ekonomi dan memotivasi serta menggerakan masyarakat untuk tetap mengelola perikanan dengan pendekatan ekosistem dan berkelanjutan. Mekanisme bisnisnya berwawasan lingkungan melibatkan komunitas nelayan tradisonal (skala kecil) dan pelaku usaha lainnya terutama kaum perempuan pesisir (istri nelayan) memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar area sasi menjadi memiliki nilai tambah. Membangun model hilirisasi ikan hasil tangkapan nelayan, yang ditangkap secara ramah lingkungan oleh nelayan bersertifikat, diolah oleh perempuan nelayan terlatih, dan dipasarkan perempuan nelayan yang terlatih, dan dipasarkan melalui KUB/BUMDES yang dibentuk melalui pendampingan CFI Indonesia. Kuncinya adalah menciptakan saling ketergantungan antar kelompok di desa.

Selama tahun 2024 diversifikasi produk olahan hasil perikanan oleh kelompok binaan CFI Indonesia sebanyak 1927 produk, melibatkan 932 perempuan nelayan yang telah dilatih. Produk yang dihasilkan dan dipasarkan tersebut berupa Ikan Asap Cair, Ikan Presto, Abon Ikan, Ikan Asin, Embal Ikan, Kerupuk Ikan, Keripik Teripang, Gutatos, Pilus Ikan, Sambal Ikan dan Seafood, Teri Krispi, Kecap Ikan, Bakso Ikan, Nugget, Stik Rumput Laut, Stik Mangrove, Kopi Mangrove dan produk lainnya.

Hingga saat ini tercatat lima sertifikasi produk olahan perikanan (PIRT) telah terbit dari berbagai produk olahan kelompok binaan CFI Indonesia. Juga telah terbit satu Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP) Kelompok Mina Trampil Kota Ambon binaan CFI Indonesia.

Tim evaluasi program sistem pangan dari GEF mengapresiasi kinerja CFI Indonesia. Detlev menyampaikan bahwa CFI Indonesia adalah proyek yang sangat inovatif karena benar-benar mencoba mencakup banyak aspek kehidupan masyarakat nelayan. “CFI Indonesia sangat peduli dengan aspek pemasaran dan pengolahan ikan, yang merupakan pendekatan yang sangat baik. Hal ini tidak hanya membantu masyarakat nelayan menghasilkan lebih banyak uang tetapi juga berpotensi membantu terutama perempuan dalam komunitas tersebut” ungkap Detlev.

Lebih lanjut Detlev menuturkan bahwa Ia telah banyak berurusan dengan isu nutrisi dalam hidupnya, dan menurutnya sangat menarik untuk melihat potensi dampaknya terhadap status gizi komunitas. “Ketika nelayan tidak dapat menangkap ikan, terkadang mereka tidak memiliki apa pun untuk dimakan. Dengan cara ini, CFI Indonesia dapat menjembatani musim-musim yang sering kami sebut sebagai musim kelaparan. Itu adalah salah satu aspek yang sangat penting” ungkapnya.

Aspek kedua yang sangat disukainya dari proyek ini adalah keterhubungan CFI Indonesia melalui Jaringan GEF dengan komunitas global yang lebih besar. CFI Indonesia dapat berbagi pengalaman dengan negara-negara lain di seluruh dunia, seperti di Afrika Barat dan Amerika Latin, sekaligus belajar dari negara-negara tersebut dan situs-situs lainnya. Ini juga memberikan kesempatan untuk menjalin kontak personal.

Detlev juga menyinggung peran CFI Indonesia memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada orang-orang keindahan negara Indonesia dan lokasi-lokasi yang luar biasa. Ia pernah mengunjungi beberapa lokasi ini beberapa tahun lalu, dan menurutnya tempat-tempat tersebut sangat indah.

“Tentu saja, saya sangat senang bahwa proyek ini berkontribusi pada dua hal utama, membantu masyarakat mencari nafkah dan, yang paling penting, melindungi sumber daya yang kita miliki. Proyek ini melindungi sumber daya laut, melestarikan lingkungan, menjaga keanekaragaman hayati, dan membantu kita bertahan dalam jangka Panjang” ungkap Detlev saat menutup testimoninya.

CFI Indonesia berkomitmen melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong ketahanan pangan dari hasil kelautan dan perikanan dengan mengoptimalkan potensi pangan biru (pangan akuatik). Upaya ini dalam rangka mendukung pemerintah Negara Republik Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto mewujudkan Indonesia menuju swasembada pangan tahun 2028.

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments