728 x 90

CFI INDONESIA : MENGHADIRKAN ALAM DALAM SENI, INOVASI RAMAH LINGKUNGAN LEWAT MENJAHIT BAGI KELOMPOK PEREMPUAN DI TELUK WONDAMA

Produk turunan hasil menjahit “Tote Bag” berbahan ecoprint dari kelompok binaan CFI Indonesia berhasil dipasarkan di Bandara Pattimura Ambon. (4/1/2025)
Produk turunan hasil menjahit “Tote Bag” berbahan ecoprint dari kelompok binaan CFI Indonesia berhasil dipasarkan di Bandara Pattimura Ambon. (4/1/2025)

cfi-indonesia.id. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus dorong peningkatan ekonomi rumah tangga nelayan di wilayah pesisir Indonesia, termasuk di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.  Salah satunya melalui peningkatan kapasitas menjahit bagi pelaku usaha mikro perempuan nelayan di kampung Aisandami dan Menarbu, Kabupaten Teluk Wondama. Kedua kampung tersebut sebagai percontohan project CFI-Indonesia GEF 6 yang memiliki potensi sumberdaya di laut maupun di darat yang melimpah.

CFI Indonesia proyek hibah GEF siklus 6 CFI merupakan kerjasama antara KKP selaku executing agency dan WWF GEF Agency sebagai implementing agency fokus pada “The Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) In Eastern Indonesia (Fisheries Management Area (FMA) - 715,717 & 718) Components A, B, And D”.

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Wanita Nelayan Kampung Aisandami dan Menarbu Kabupaten Teluk Wondama melalui pelatihan menjahit di Kampung Aisandami difasilitasi melalui pendanaan hibah CFI Indonesia GEF 6 (3/11/2024)

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Pengelolaan Sumberdaya Ikan (PSDI) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) bermitra dengan Dinas Perikanan Kabupaten Teluk Wondama melaksanakan kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Wanita Nelayan melalui Pelatihan Menjahit di Kampung Aisandami Teluk Wondama.

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 12 orang dari lima kelompok perempuan di Kabupaten Teluk Wondama. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga hari, 1-3 November di Aisandami. Peserta merupakan pelaku usaha kecil mikro yang sedang merintis usahanya khususnya pengembangan batik ecoprint. Diharapkan melalui kegiatan pengembangan kapasitas tersebut menciptakan inovasi produk turunan ecoprint bervariasi dan menarik.  Juga bisa menjadi mata pencaharian alternatif meningkat peran perempuan membantu menunjang ekonomi rumah tangganya.

Kegiatan pelatihan yang ketiga kalinya difasilitasi CFI Indonesia di berbagai lokasi tersebut turut dihadiri oleh Tim WWF GEF Agency Heike Lingertat Lead Specialist WWF GEF Agency dan Adrianne Mc Keehan selaku Safeguard Specialist WWF GEF Agency, perwakilan Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Luar Negeri KKP Siti Hamdiyah dan PMU CFI Indonesia. Kehadiran tim di kegiatan pelatihan ecoprint disela-sela kunjungan monitoring dan evaluasi tahunan WWF GEF Agency di Kabupaten Teluk Wondama. 

Dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan pelatihan, mewakili Pemerintahan Kampung Aisandami, Sekretaris Kampung Aisandami, Yohan Kereway menyebutkan bahwa ilmu yang diberikan ini sangat penting dan mahal sehingga jangan digunakan untuk diri sendiri namun peserta dapat membagikan ilmu pelatihan ini kepada anggota lainnya yang tidak terlibat secara langsung. “Kekompakan kerja dan saling kerjasama harus terus dibina sehingga ke depan ada hasil atau produk yang bisa dihasilkan untuk menunjang kebutuhan ekonomi keluarga masing-masing” ujarnya.

Yohan mengapresiasi pelaksanaan kegiatan pelatihan menjahit yang menurutnya menjadi salah satu kebutuhan masyarakat khususnya di Kampung Aisandami yang saat ini menjadi desa wisata terbaik di Kabupaten Teluk Wondama.

Tim WWF GEF Agency Heike Lingertat dan Adrianne Mc, bersama perwakilan KKP Siti Hamdiyah dan PMU CFI Indonesia turut menghadiri pembukaan kegiatan pelatihan menjahit di Kampung Aisandami Kabupaten Teluk Wondama (1/11/2024) 

Adipati Rahmat selaku project Manager CFI Indonesia menyampaikan pentingnya kegiatan pelatihan menjahit bagi perempuan pesisir. Menurutnya kegiatan ini merupakan desain proyek untuk membuka ruang pilihan pengembangan mata pencaharian alternatif, khusus bagi istri para nelayan agar turut membantu ekonomi rumah tangganya. Adipati menambahkan melalui CFI Indonesia telah mendorong pengembangan batik ecoprint di lokasi project termasuk di Kampung Aisandami dan Menarbu. “Kelompok-kelompok perempuan di Aisandami dan Menarbu telah mengembangkan batik ecoprint dan berhasil dipasarkan, dan sekarang saatnya mengembangkan produk turunan meningkatkan nilai tambahnya. Kami merencanakan ikut membantu pemasarannya termasuk menjadikan produk turunan ecoprint seperti tote bag dan produk lainnya sebagai seminar kit di setiap pertemuan yang difasilitasi CFI Indonesia” ungkap Adipati.

Siti Hamdiyah mengapresiasi kinerja CFI Indonesia dan menegaskan pentingnya kegiatan pemberdayaan semacam ini dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. “Tentunya butuh kolaborasi dengan kementerian dan instansi lainnya bersinergi mengembangkan ekonomi daerah dan masyarakat pesisir” ujar Siti saat membuka kegiatan pelatihan menjahit di Kampung Aisandami.

Pada kesempatan yang sama pihak KKP melalui CFI Indonesia menyerahkan 5 unit mesin jahit dan 1 unit mesin obras kepada masing-masing kelompok untuk melanjutkan kegiatan menjahit pada kelompok masing-masing.

Selama tiga hari, para peserta diajarkan bagaimana cara membuat pola baju, tas atau tote bag, pouch, sarung bantal dan juga ikat rambut. Menurut Oktovina Rahametan salah satu peserta pelatihan menyampaikan bahwa, pelatihan ini sangat bagus sekali. “Kami bisa tahu cara menjahit tas atau tote bag, tas ini bisa membantu kami untuk mengurangi tas plastik yang selama ini kami pakai juga, namun waktu pelatihannya singkat sekali, kami harus banyak belajar lagi untuk merapikan hasil jahitan sehingga bisa diminati orang”, ungkapnya disela-sela penutupan kegiatan.

Irwan, selaku instruktur yang melatih kelompok perempuan merasa puas dengan hasil jahitan ibu-ibu meskipun hanya tiga hari pelatihan, namun langsung dipraktekkan pada kain ecoprint. “Ibu-ibu semangat sekali, setelah pelatihan malamnya langsung mereka membuat ecoprint pada hasil jahitannya, bahkan ada juga yang langsung menjahit menggunakan bahan kain yang sudah di melalui tahap ecoprint, luar biasa sekali semangat mama-mama di sini” ungkap Irwan

Kegiatan pelatihan menjahit merupakan tindak lanjut dari kegiatan diversifikasi usaha melalui inovasi pembuatan ecoprint ramah lingkungan, menghadirkan seni daerah, menciptakan produk turunannya seperti tote bag, pouch, sarung bantal, ikat rambut, dan kemeja, yang harganya lebih ekonomis dan bisa diterima masyarakat luas.

 

 

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments