cfi-indonesia.id. Ekspedisi Perikanan dan Ilmu Kelautan merupakan ekspedisi mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) difasilitasi lewat pendanaan hibah dari Global Environment Facility (GEF-6) CFI Indonesia. Tujuannya untuk mengoptimalkan kebijakan penangkapan ikan terukur melalui eksplorasi ekosistem pesisir dan biota asosiasinya yang meliputi ekosistem hutan bakau, lamun, terumbu karang, dan penyu belimbing, pengamatan kondisi perikanan dan sosial ekonomi masyarakat, pembentukan kawasan konservasi yang bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku (DKP Provinsi Maluku), dan penilaian EAFM di Kecamatan Kepala Madan, Kabupaten Buru Selatan, Pulau Buru, Maluku, Indonesia.
Tim Ekspedisi Perikanan dan Kelautan di POSAL TNI AL Desa Pasir Putih, Kecamatan Kepala Madan, dengan latar belakang bukit hijau dibawah Gunung Kepala Madang.
Ekspedisi FPIK IPB merupakan ekspedisi mahasiswa pertama Buru Selatan. Ekspedisi ini dirancang dan dilaksanakan oleh 40 Mahasiswa dan 4 dosen pembimbing lapang dari 4 Himpunan Mahasiswa FPIK IPB yang terlibat meliputi Fisheries Diving Club (FDC), Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN), Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER), dan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA). Dosen Pembimbing Lapang Utama Dr. Fis Purwangka, S.Pi., M. Si, dan Koordinator Ekspedisi Gondewa Putra Wisnu. Tim tersebut dilepas secara resmi oleh Dekan FPIK IPB IPB, Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.
Saat pelaksanaan dilapang, ekspedisi ini juga didampingi oleh staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku (DKP Provinsi Maluku) Ray Purnama, S.Pi., M.Si., dan diawasi anggota TNI AL POSAL Desa Pasir Putih, Kecamatan Kepala Madan khususnya di daerah pengamatan ekosistem pesisir seperti hutan bakau, lamun, dan terumbu karang, mengingat buaya air asin di Kecamatan Kepala Madan umum dijumpai.
Ekspedisi yang dilaksanakan sejak 18 September – 20 Oktober 2024 berjalan dengan sukses. Hasilnya dapat memberikan rekomendasi penting mendukung pencadangan kawasan konservasi perairan buru Selatan kepada pemerintah Provinsi untuk ditetapkan tahun 2025. Juga membantu kebijakan penangkapan ikan terukur dengan pendekatan penilaian EAFM. Memberikan pelaporan ekspedisi dalam bentuk video dokumenter, laporan ilmiah, jurnal dan diseminasi hasil di International Seminar on Ocean Sciences and Sustainability 2024.
Hasil Ekspedisi
Hutan bakau di Kecamatan Kepala Madan secara geografis tidak membingkai seluruh pantai di Kecamatan Kepala Madan, hanya beberapa desa tertentu khususnya Desa Fogi, Pasir Putih, dan Pulau Tomahu. Berdasarkan hasil pengamatan, hutan bakau tercatat hijau, lebat dan rapat dengan jenis hutan bakau yang ditemukan diantaranya Rhizopora, Sonneratira, Nipah, Syringodium, Halodule, dan Cymodocea. Pemanfaatan masyarakat terhadap hutan bakau terbatas kebutuhan kayu bakar. Sementara ekosistem lamun minim ditemukan dan dimanfaatkan, mungkin dikarenakan pengerukan alami dari hutan bakau dan muara sungai yang signfikan menimbun ekosistem lamun dengan sedimen.
Schooling ikan ekor kuning atau spesies Caesio teres di ekosistem terumbu karang Desa Balpetu, Kecamatan Kepala Madan.
Keberadaan terumbu karang ditemukankan tertimbun pasir. Kasus ini selain diduga dari faktor alam seperti pengerukan alami dan pengadukan alami, pemanfaatan terumbu karang sebagai bahan baku bangunan rumah oleh masyarakat di Desa Pasir Putih juga diduga berkontribusi terhadap masuknya sedimentasi di ekosistem pesisir salah satunya ekosistem terumbu karang dan secara perlahan dapat mengurangi tutupan terumbu karang.
Target tangkapan ikan di domininasi ikan pelagis dibandingkan ikan karang. Ikan karang di Perairan Kecamatan Kepala Madan hanya dijadikan sebagai makanan di acara-acara besar atau makanan sehari-hari yang tidak untuk diperjualbelikan. Hal ini secara tidak langsung membuat kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang dan makrobenthos terjaga di ekosistem terumbu karang Kecamatan Kepala Madan. Dibuktikan dari kehadiran jenis Ikan Napoleon, Bumphead, schooling ikan kue, kelinci laut, gurita, gorgonians yang beragam dan masih banyak lagi lainnya.
Pemasangan rumpon secara gotong royong di daerah penangkapan ikan Laut Banda oleh nelayan tuna Desa Nanali, Kecamatan Kepala Madan.
Berdasarkan pengamatan, matapencaharian masyarakat pesisir di Kabupaten Buru Selatan dapat disimpulkan dominan sebagai nelayan dan petani, selain menangkap ikan di laut juga berkebun. Namun mayoritas profesi masyarakat pesisir di Kecamatan Kepala Madan merupakan nelayan, nelayan tuna dengan alat tangkap pancing ulur atau handline, dan nelayan jaring bobong atau purse seine.
Pulau Buru sendiri merupakan salah satu lokasi peneluran penyu belimbing. Kecamatan Kepala Madan yang berdekatan dengan kawasan konservasi penyu belimbing Kabupaten Buru, menjadi daerah potensi peneluran atau habitat penyu belimbing. Mengingat masih terdapat aktivitas konsumsi telur, daging, maupun menggunakan cangkang penyu sebagai aksesoris gelang di Kecamatan Kepala Madan, rencana penetapan kawasan konservasi sebagai upaya terbaik untuk pembatasan hal tersebut. Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan, terdapat 4 jenis penyu yang hidup di Pulau Buru meliputi penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang, namun penyu belimbing belum ditemukan di Kecamatan Kepala Madan.
Telur penyu belimbing yang menetas di kawasan konservasi daerah Kabupaten Buru.
Cerita perjalanan Ekspedisi Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK IPB di Kecamatan Kepala Madan, Kabupaten Buru Selaten, Pulau Buru, Maluku, Indonesia telah diabadikan dalam karya video dokumenter, laporan ilmiah, jurnal dan diseminasi di International Seminar on Ocean Sciences and Sustainability 2024.
“Sebagai penjelajah dan pencetus kawasan konservasi di Kecamatan Kepala Madan, kami dapat dikatakan orang luar pertama yang mengamati kekayaan alam Kecamatan Kepala Madan secara merata dan objektif. Meskipun suara kami hanya sebatas suara mahasiswa dari Ekspedisi Perikanan dan Ilmu Kelautan, dengan besar harapan kami dapat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan hidup ekosistem pesisir dan masyarakat yang hidup diantaranya. Melalui dukungan pemerintah yang maksimal, dosen pembimbing lapang tak kenal lelah, serta jiwa konservasi dari peserta Ekspedisi Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK IPB yang terus membara kita yakin, ekspedisi yang dilakukan sekarang hasilnya akan abadi selamanya” ucap Gondewa selaku Koordinator Ekspedisi.
0 COMMENTS