728 x 90

PELOPOR PENGGERAK EKONOMI BERKELANJUTAN WILAYAH PESISIR DI PAPUA BARAT

”Sejak GEF 6 masuk di Menarbu, mungkin perubahan fisik kampung tidak begitu terlihat, namun perubahan pola berfikir masyarakat tentang menjaga sumberdaya alam itu terus terlihat dan hampir seluruh masyarakat kampung ini tahu bahwa manfaat sasi itu sangat penting untuk mereka, alam dan anak cucu nanti” Yustus Menarbu.

Yustus Menarbu, Pria asal Kampung Menarbu Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua kesehariannya adalah seorang Nelayan.  Selain berprofesi sebagai Nelayan, Pria berumur 37 tahun tersebut dipercayakan sebagai Ketua Badan Usaha Milik Kampung (BUMKA) di Kampung Menarbu yang dihuni 91 KK, 238 Jiwa (Laki-Laki 123 orang dan Perempuan 115 orang).  Berprofesi Ganda, menjadikan Dia berperan penting dalam proses penjualan dan pengolahan hasil tangkapan sasi di Kampung Menarbu. Ia akan mencari pasaran ikan di Wasior (Ibu Kota Kabupaten Teluk Wondama) bahkan Manokwari (Ibu Kota Provinsi Papua Barat). Selain menjual langsung ke Wasior, Yustus mencoba pemasaran lebih lebih luas dengan mempromosikan hasil tangkapan mereka melalui media sosial.

Mendatangi beberapa pejabat di Dinas terkait di Teluk Wondama, Yustus menawarkan ikan hasil tangkapan mereka tak membuatnya untuk berhenti memperjuangkan nasib masyarakat nelayannya. Mencari pemasaran hingga ke Manokwari dengan modal kepercayaan Dia mencoba menjual hasil tangkapan masyarakat hingga ke Koperasi Bekal Milik komunitas Bentara di Manokwari. Setiap minggu sekali Yustus mengirim satu coolbox ikan dan Lobster ke Manokwari, didalamnya terdapat beberapa beberapa tulisan pesan kegiatan konservasi (sasi) dan metode penangkapan ramah lingkungan, sehingga bisa terjual dengan baik.

Yustus ingin mengkampanyekan bahwa masyarakat menarbau tidak sekedar mengejar keuntungan dalam memanfaatkan hasil laut, mereka tetap mentaati aturan sasi yang telah disepakati bersama dan bangga bahwa mereka dapat berkontribusi menyisahkan sebagian wilayah lautnya sebagai rumah dan tempat bermain ikan tanpa ada gangguan dari manusia, tidak ada aktivitas penangkapan ikan, agar sumberdaya ikan dan ekosistemnya tetap terjaga dan lestari.

‘Saya bangga sebagai nelayan, karena ikut menjaga sumberdaya alam di kampung ini dengan sasi yang telah berjalan sejak Tahun 2017.  Sebagai Ketua BUMKA saya juga peduli dengan masyarakat dan perikanan di Kampung Menarbu” Ujar Yustus.

Sosok seperti Yustus merupakan salah satu penggerak ekonomi rakyat berkelanjutan wilayah pesisir di Papua Barat tumbuh 2,01 Persen di tahun 2022. Mereka ikut berperan menurunkan tingkat kemiskinan di Papua Barat khususnya di Kabupaten Teluk Wondama  yang turun sekitar 4,9 persen.

Perubahan di Kampung Menarbus terasa sejak kehadiran GEF-6 CFI Indonesia tahun 2020. Menurut Yustus, kehadiran GEF-6 berdampak terhadap perubahan cara bepikir yang lebih maju. ”Secara pribadi kehadiran GEF-6 sangat penting, bagaimana kami memahami untuk terus menjaga alam, memancing dengan cara yang ramah lingkungan, dan mengelola SDA secara berkelanjutan. Informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan selama pertemuan dan pendampingan dari GEF-6. Dengan pendampingan ini kami bisa menjadi model pembelajaran pengelolaan sasi laut  untuk daerah lain di Papua dan Papua Barat” Tutur Yustus.

Yustus berharap apa yang dilakukan di Menarbu dapat dibagikan ke daerah lainnya.  Mereka juga harus melakukan perlindungan SDA mungkin dengan sasi atau instrumen lainnya agar SDA yang ada tetap terjaga dan dapat dinikmati generasi akan datang (anak cucu).  Menurut Yustus, sasi sangat baik diterapkan karena merupakan kesepakatan bersama antara masyarakat adat, Gereja dan Pemerintah mengatur pengelolaannya dan masyarakat lebih patuh dan taat pada kesepekatan aturan sasi tersebut.

Sejak penerapan sasi dilakukan di Menarbu dari tahun 2017, banyak perubahan yang terlihat di kampung misalnya kemunculan ikan semakin banyak dan masuk ke pinggiran kampung bahkan muncul di perairan dibawah rumah dan dapat dilihat dengan kasad mata. Kemunculan dugong, penyu dan hiu juga bisa disaksikan secara langsung di perairan sekitar kampung Menarbu. Yustus pikir biota tersebut merasa nyaman karena tidak ada yang menangkap mereka sehingga mereka bebas berada di sekitar kampung. Hasil tangkapan masyarakat dipinggiran diluar lokasi sasi juga bertambah. “Kalau kita menyelam di depan dermaga kita dapat melihat banyak ikan hias dan ikan karang yang berada disekitar terumbu karang” Cerita Yustus.

Pesan Yustus untuk hari mangrove/lingkungan/perikanan

“Jadilah nelayan yang ramah lingkungan, ikan maupun alam akan ramah kepada kita dan kita hidup berdampingan di alam, laut melimpah masyarakat sejahtera. Hal penting yang harus dilakukan oleh nelayan dan pengolah ikan untuk melindungi ekositem laut adalah tetap menangkap ikan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan dan menjaga ketersedian sumberdaya ikan di laut dengan tidak merusak ekosistemnnya. Hal kecil yang kita lakukan mungkin menurut kita sangat kecil tapi pengaruhnya sangat besar untuk alam maupun orang lain”

Harapan Yustus untuk dirinya agar kedepan semoga Dia bisa menjadi nelayan menarbu yang makmur dan dan bisa membantu masyarakat Menarbu tetap  ramah lingkungan, tetap memperhatikan keberlanjutan SDA di Menarbu. Tak lupa Yustus berpesan kepada anak-anak agar tetap memegang nilai nilai konservasi dalam kehidupan mereka, sebab mereka lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang banyak mengajarkan mereka tentang kebaikan, kesabaran dan keiklasan dalam menjaga alam. Begitupula pesan untuk Masyarakat di Kampung Menarbu, Yustus mendorong mereka tetap semangat untuk menjaga alam meskipun tidak dibayar, namun inilah bukti kasih masyarakat Menarbu untuk anak cucu mereka yang bisa diberikan lewat SDA yang akan tetap ada. ”Inilah harapan kita yang harus dibanggakan, jika kita bisa menitipkan alam yang baik untuk mereka, bukan air mata” Tegas Yustus.

0 COMMENTS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

0 Comments