GEF-6 : KKP AKAN MEMPERKENALKAN RUMPON HIDUP PELAGIS DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA
- EVENTS/ACTIVITIES
- Sep 20, 2023
Bali (07/2022). Implementasi EAFM memerlukan perangkat indikator yang dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi mengenai sejauh mana pengelolaan perikanan sudah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan berbasis ekosistem. Indikator EAFM meliputi 6 domain yaitu (1) sumberdaya ikan, (2) habitat dan ekosistem, (3) teknik penangkapan ikan, (4) ekonomi, (5) sosial, dan (6) kelembagaan. Selanjutnya, dalam konteks pengelolaan perikanan sebuah indikator dikatakan sebagai sebuah indikator yang baik apabila memenuhi beberapa unsur seperti (1) menggambarkan daya dukung ekosistem; (2) relevan terhadap tujuan dari ko-manajemen; (3) mampu dimengerti oleh seluruh stakeholders (4) dapat digunakan dalam kerangka monitoring dan evaluasi; (5) long-term view dan (5) menggambarkan keterkaitan dalam sistem ko-manajemen perikanan. Indikator-indikator tersebut digunakan sebagai acuan dalam menilai kinerja/penerapan pengelolaan perikanan (EAFM) pada suatu wilayah pengelolaan yang dijadikan sebagai dasar-dasar pengelolaan perikanan selanjutnya.
Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kinerja EAFM, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapasitas untuk melaksanakan penilaian EAFM berdasarkan indikator dan kaidah yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pengelolaan perikanan dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah penyusunan Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) dan sudah ditetapkan melalui Permen KP No 9/PERMEN-KP/2015 tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan EAFM. Melalui pembiayaan hibah GEF-6 CFI Indonesia, telah dilaksanakan kegiatan pelatihan EAFM bagi evaluator sesuai dengan SK3 tersebut dalam rangka penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang penilaian kinerja EAFM di masing-masing lokasi proyek.
Kegiatan Pelatihan SK3 EAFM untuk Evaluator ini dilaksanakan tanggal 18-22 Juli 2022 di Hotel Mercure Bali Legian, di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Kegiatan yang merupakan hasil kerjasama antara Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan DJPT KKP dan Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan Perikanan BPSDM KKP ini dihadiri oleh peserta dari lingkup Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, LPP WPPNRI, LC EAFM, dan UPT KKP di lokasi proyek GEF-6.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan BPSDM KKP, Dr. Lily Aprilya Pregiwati. Dalam sambutannya, Lily menyebutkan bahwa Pelatihan SK3 EAFM untuk Evaluator ini merupakan pelatihan yang pertama kali dilaksanakan oleh Puslatluh BPSDM KKP dengan menggunakan modul SK3 EAFM yang baru saja diselesaikan penyusunannya pada tahun ini. Beliau berharap, para peserta yang mengikuti pelatihan ini bisa menerima materi dengan baik dan mengaplikasikan kompetensinya untuk mendukung proses pengelolaan perikanan di lokasi masing-masing. “Para peserta yang telah mendapatkan pelatihan ini diharapkan bisa terus mengawal dan melaksanakan penilaian EAFM sebagai dasar rekomendasi pengelolaan perikanan di wilayah kerja masing-masing.” tegas Lily.
Disampaikan juga oleh Subkoordinator Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Laut Pedalaman, Territorial, dan Perairan Kepulauan, Aris Budiarto, S.Pi., M.Si., dalam pengantarnya menyampaikan bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah untuk pelatihan EAFM kepada stakeholder perikanan dalam lingkup proyek GEF-6 CFI Indonesia yang berperan sebagai evaluator dalam pelaksanaan EAFM. Aris menambahkan, “Pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM yang berkompeten sebagai evaluator kinerja perikanan yang dapat memberikan rekomendasi pengelolaan perikanan berdasarkan data-data dan informasi terbaru yang aktual dan akurat.’ Selanjutnya, dengan tersedianya SDM yang kompeten, diharapkan penilaian EAFM dapat dilakukan secara rutin untuk setiap WPPNRI/Provinsi serta dilakukan pemeringkatan kinerja pengelolaan perikanan untuk melihat WPPNRI/Provinsi mana yang melaksanakan pengelolaan perikanan terbaik.
Pelatihan yang berlangsung selama lima (5) hari berturut-turut ini dipandu oleh para trainer yang berasal dari unit kerja di lingkup KKP yang juga terlibat dalam proses penyusunan modul pelatihan SK3 EAFM ini, seperti Arik Sulandari A.Md, S.Pi, M.Si., Aris Budiarto, S.Pi, M.Si., Panca Berkah Susila Putra, S.St.Pi, M.Si., Ir. Muhamad Saefudin, M.Si., Nurfitri Syadiah S.Pi, M.Si, M.Sc., Agussalim, S.Pi, M.Si., Dian Novianto, S.St.Pi., M.Si., dan Darmayanti, A.Pi,S.Pi, M.E.
Selain 10 Modul wajib untuk level evaluator, para peserta juga mendapatkan 1 modul tambahan untuk level perencana yakni Modul terkait Ruang Lingkup EAFM. Lusia Dwi, Subkoordinator Penyelenggaraan Pelatihan Puslatluh KKP menyampaikan bahwa materi terkait Ruang Lingkup EAFM sebetulnya merupakan bagian dari kompetensi untuk level perencana, tetapi modul ini dirasa penting untuk disampaikan kepada para peserta di level evaluator juga guna menyamakan visi pengelolaan perikanan. “Harapannya, para peserta dapat lebih memahami peran EAFM dalam pengelolaan perikanan selain juga memiliki kemampuan untuk melakukan analisa penilaian kinerja perikanan dengan indikator-indikator EAFM,” terang Lusia.
Selama pelatihan, para peserta diajarkan untuk melakukan pengumpulan dan analisa terhadap data-data perikanan berdasarkan indikator EAFM. Sebagaimana diketahui, EAFM terdiri dari enam (6) domain yakni sumber daya ikan (SDI), habitat, teknik penangkapan ikan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dengan total indikator sebanyak 31 indikator. “Setiap indikator memiliki skor dan bobot masing-masing yang sudah ditentukan oleh para ahli berdasarkan teori-teori ilmiah. Hasil pembobotan dari setiap indikator tersebut kemudian akan digabungkan dalam sebuah komposit untuk menentukan status perikanan, apakah kondisinya masih baik (warna hijau), sedang (warna kuning), atau buruk (warna merah),” jelas Darmayanti, Widyaiswara Ahli Madya dari BDA Sukamandi. Ia juga menambahkan bahwa penilaian kinerja perikanan dengan indikator EAFM ini bisa diterapkan pada jenis perikanan ataupun cakupan wilayah apapun, tentunya dengan data-data yang telah disesuaikan.
Para peserta menyambut baik penyelenggaraan pelatihan ini. Fani, salah satu peserta asal Universitas Papua, menyampaikan bahwa teknik penyampaian materi yang dipadukan dengan praktek dan simulasi yang interaktif membuat materi lebih diterima oleh para peserta. Ia juga menilai bahwa para trainer sangat berhasil dalam membuat suasana pelatihan menjadi menyenangkan namun tetap informatif. “EAFM ini bukan ilmu yang mudah, tetapi para trainer sudah berhasil membuatnya mudah dimengerti oleh peserta dengan latar belakang yang berbeda-beda,” ucap Fani. Hal senada disampaikan oleh Yoisye Lopulalan dari Universitas Pattimura. Ia menambahkan, “Dengan adanya simulasi, kami jadi lebih mengerti dibandingkan hanya mendengarkan paparan saja. Suasana yang interaktif juga membuat para peserta tidak bosan selama pelatihan.”
Dalam sela-sela kegiatan, perwakilan GEF-6 CFI Indonesia, Dr. Jimy Kalther, menyampaikan bahwa kegiatan hibah GEF-6 CFI Indonesia memang difokuskan untuk mempersiapkan kondisi-kondisi pendukung (enabling conditions) untuk penerapan EAFM di Indonesia, termasuk penyiapan SDM yang kompeten. “GEF-6 akan terus mendukung peningkatan kapasitas SDM di bidang EAFM melalui pelatihan SK3 EAFM. Tahun ini difokuskan untuk level evaluator dan tahun depan akan dilaksanakan juga pelatihan untuk level perencana dan pelaksana sesuai dengan mandat dari Project Document,” terang Jimy.
Pelatihan ini juga sempat dihadiri oleh perwakilan dari FAO Fisheries and Aquaculture Department, Lena Westlund, yang merupakan bagian dari CFI Global Partnership, program induk dari kegiatan hibah GEF-6 CFI Indonesia. Lena menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan pelatihan yang terencana dengan sangat baik. Ia juga berharap bahwa pelatihan SK3 EAFM yang dilaksanakan oleh CFI Indonesia juga bisa menginspirasi kegiatan serupa di dua (2) child project yang lain. Sebagai informasi, hibah GEF-6 CFI Indonesia merupakan bagian dari program global yang juga dilaksanakan di Afrika Barat (Senegal, Pantai Gading, dan Cabo Verde) dan Amerika Selatan (Peru dan Ekuador).
Pada kesempatan terpisah, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan, Dr. Ridwan Mulyana menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas SDM di bidang pengelolaan perikanan sangat diperlukan untuk mendukung penerapan arah kebijakan pengelolaan perikanan yang diusung KKP saat ini, yakni kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT).